Berikut adalah beberapa tempat wisata yang bisa Anda kunjungi di dekat Pura Segara Surabaya:
1. Pantai Kenjeran
Pantai Kenjeran adalah salah satu destinasi wisata yang paling dekat dengan Pura Segara. Di sini, Anda bisa menikmati pemandangan laut, berjalan-jalan di tepi pantai, atau berfoto dengan latar belakang jembatan Suramadu.
2. Taman Hiburan Pantai Kenjeran
Selain Pantai Kenjeran, Anda juga bisa mengunjungi Taman Hiburan Pantai Kenjeran yang menawarkan berbagai wahana permainan menarik untuk keluarga. Di sini, Anda bisa menikmati berbagai kegiatan seperti bermain jet ski, naik perahu, hingga menikmati kuliner laut.
3. Kenjeran Park
Kenjeran Park atau yang sering disebut Kenpark adalah tempat wisata selanjutnya yang bisa Anda kunjungi. Di sini terdapat pagoda Tian Ti, sebuah replika dari Temple of Heaven di Beijing, yang cukup populer sebagai spot foto.Stupa Maha Brahma yang begitu indah
4. Kampung Bulak
Kampung Bulak adalah kampung wisata yang memiliki berbagai mural dan spot foto menarik. Tempat ini cocok untuk Anda yang hobi fotografi. Anda juga bisa menemukan berbagai souvenir dan makanan ringan khas Surabaya.
5. Taman Suroboyo
Taman Suroboyo merupakan taman kota yang berada dekat dengan area Pantai Kenjeran. Di sini terdapat patung Suro dan Boyo yang merupakan ikon kota Surabaya. Taman ini cocok untuk bersantai bersama keluarga di sore hari.
6. Jembatan Suroboyo
Jembatan Suroboyo adalah jembatan dengan rancangan arsitektur yang modern menghubungkan beberapa tempat wisata di sekitar Pantai Kenjeran. Pada malam hari, jembatan ini dihiasi dengan lampu-lampu berwarna-warni yang membuatnya menjadi spot foto menarik. Dari sini, Anda bisa melihat pemandangan laut yang mempesona.Tempat yang sangat indah untuk jogging di pagi dan sore hari untuk melihat pemandangan yang eksotik dari matahari yang terbit dan tenggelam.
7. Sentra Ikan Bulak
Sentra Ikan Bulak adalah tempat yang cocok untuk Anda yang ingin membeli ikan segar atau menikmati berbagai olahan ikan. Di sini, Anda bisa menemukan berbagai jenis ikan dan hasil laut lainnya dengan harga yang terjangkau. Selain itu, terdapat juga restoran dan warung makan yang menyajikan berbagai hidangan laut yang lezat. Sentra Ikan Bulak menawarkan pengalaman wisata kuliner yang menarik, terutama bagi pecinta seafood. Tempat ini juga menjadi salah satu tujuan wisata bagi keluarga yang ingin menghabiskan waktu sambil menikmati makanan laut di dekat Pura Segara Surabaya.
8. Jembatan Suramadu
Jembatan Suramadu adalah jembatan terpanjang di Indonesia yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Madura. Jembatan ini tidak hanya sekadar infrastruktur penting, tetapi juga menjadi salah satu objek wisata karena pemandangannya yang spektakuler. Jembatan Suramadu menjadi tempat yang sempurna untuk menikmati pemandangan laut sembari menyaksikan lalu lintas kapal serta keramaian kota dari kejauhan. Baik pada siang maupun malam hari, jembatan ini menawarkan pemandangan yang tak kalah indah dan sering dikunjungi oleh wisatawan untuk berfoto dan mengagumi arsitekturnya.
Dengan berbagai tempat wisata ini, kunjungan Anda ke Pura Segara Surabaya untuk ibadah maupun wisata akan semakin berkesan dan menyenangkan. Selamat berwisata!
Pembangunan Kantor Kelembagaan Hindu di Jawa Timur
Pembangunan kantor kelembagaan Hindu di Jawa Timur merupakan langkah penting dalam memajukan dan memperkuat peran serta umat Hindu di wilayah tersebut. Dengan adanya kantor ini, berbagai kegiatan keagamaan, sosial, dan budaya dapat diorganisir dengan lebih baik dan terkoordinasi.
Tujuan Pembangunan
Tujuan dari pembangunan kantor kelembagaan Hindu antara lain:
Pusat Administrasi: Kantor ini akan menjadi pusat administrasi yang membantu mengurus berbagai kegiatan umat Hindu, seperti ritual keagamaan, mendukung pendidikan agama, dan program sosial.
Pelestarian Budaya: Dengan adanya kantor ini, pelestarian budaya dan tradisi Hindu di Jawa Timur akan lebih terjaga. Acara-acara adat dan budaya bisa diadakan secara rutin dan terstruktur.
Penguatan Komunitas: Kantor kelembagaan ini juga berfungsi sebagai tempat berkumpulnya umat Hindu, sehingga bisa memperkuat rasa kebersamaan dan solidaritas di antara mereka.
Pusat Informasi: Kantor ini akan menjadi pusat informasi bagi umat Hindu, memberikan data dan informasi tentang kegiatan, upacara, dan perkembangan terbaru dalam komunitas.
Fasilitas yang Disediakan
Kantor kelembagaan Hindu ini akan dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk mendukung kegiatan keagamaan dan kemasyarakatan, seperti:
Aula dan Ruang Pertemuan: Untuk kegiatan seminar, workshop, dan pertemuan keagamaan.
Perpustakaan: Menyediakan literatur agama Hindu dan budaya.
Ruang Administrasi: Tempat administrasi dan pengelolaan kegiatan umat Hindu.
Ruang Transit / VIP :Tempat pertemuan untuk kunjungan yang berkaitan dengan kegiatan umat Hindu
Dampak Positif bagi Komunitas
Pembangunan kantor kelembagaan Hindu di Jawa Timur diharapkan dapat membawa dampak positif, seperti:
Peningkatan Kesadaran Agama: Adanya pusat kegiatan keagamaan yang terorganisir akan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan keagamaan umat Hindu.
Meningkatkan Partisipasi Sosial: Program-program sosial yang diselenggarakan oleh kantor ini akan mendorong partisipasi umat Hindu dalam kegiatan sosial yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Peningkatan Ekonomi: Dengan adanya kantor ini, kegiatan ekonomi seperti penyediaan jasa, perdagangan produk ritual, dan kegiatan lainnya akan meningkat.
Dengan adanya kantor kelembagaan Hindu di Jawa Timur, diharapkan seluruh umat Hindu di wilayah ini bisa semakin maju dalam hal keagamaan, sosial, dan budaya. Pembangunan ini merupakan bukti nyata dari komitmen untuk menjaga dan mengembangkan nilai-nilai luhur Hindu di tengah-tengah masyarakat Indonesia.
Lembaga Umat Hindu Jawa Timur
Lembaga umat hindu jawa timur yang tergabung disekretariat bersama adalah :
Parisadha Hindu Dharma Indonesia Provinsi Jawa Timur ( PHDI Jatim )
Parisadha Hindu Dharma Indonesia Kota Surabaya ( PHDI Kota Surabaya )
Wanita Hindu Dharma Indonesia Provinsi Jawa Timur ( WHDI Jatim)
Wanita Hindu Dharma Indonesia Kota Surabaya ( WHDI Kota Surabaya )
Lembaga Pengembangan Dharma Gita Provinsi Jawa Timur ( LPDG Jatim)
Lembaga Pengembangan Dharma Gita Kota Surabaya ( LPDG Kota Surabaya)
Lembaga-lembaga hindu lainnya akan diupdate menyusul
Lokasi Kantor Sekretariat Bersama
Lokasi Kantor PHDI Jawa Timur dibangun di area nista mandala Pura Segara Surabaya yang terletak di Jl. Memet Sastrowiryo No.1A Komplek TNI-AL Kenjeran Kecamatan Bulak,Surabaya – Jawa Timur 60121.
Matur piuning pembangunan dilaksanakan pada hari kamis tanggal 6 Juni 2024 yang dipuput oleh Ida Ratu Peranda Gede Anom Jala Karana Manuaba dan Ida Pandita Wijaya Kusuma Putra Nirmala.
Peletakan Batu Pertama/ Tiang Pancang pembangunan sekretariat bersama kelembagaan hindu jawa timur dilaksanakan pada hari Minggu,9 Juni 2024 yang diawali dengan pemukulan gong oleh PJ Gubernur Jawa Timur Adhy Karyono, A.Ks., M.A.P. di Wantilan Agung Dewa Ruci, Pura Segara Surabaya.
om Awighnam Astu Namo Siddham, Om Sidhirastu Tad Astu Swaha.
Masih berada di Surabaya, tinggal di kota atau sekedar singgah di metropolitan Surabaya, sebagai umat hindu pasti pernah dengar Pura Segara Surabaya,kalau belum pernah segera berkunjung langsung atau untuk yang berada diluar surabaya bisa kunjungi websitenya terlebih dahulu. Jika nanti ada di Surabaya jadwalkan waktu berkunjung hanya untuk sekedar menikmati suasananya atau berniat tirta yatra bersama, artikel ini akan memberikan beberapa informasi tentang pura segara surabaya semoga bermanfaat dan tujuannya adalah sebagai informasi yang mempermudah untuk merencanakan jadwal tangkil/kunjungan.
Pura Segara Surabaya bisa dikunjungi setiap hari untuk bersembahyang diluar hari raya, kapan ramainya? rutin setiap hari minggu akan selalu ramai karena jadwal kelas siswa dari PAUD sampai SLTA akan mengikuti pelajaran agama di Pasraman Saraswati I. Melukat/Pembersihan diri juga bisa diikuti di Grya Bila Wali mulai jam 8 sampai jam 10 pagi yang lokasiya didalam area pura segara, tidak sulit untuk bisa mengikuti melukat yaitu cukup membawa canang sari saja sudah bisa melukat di Grya. Untuk yang berkunjung bersama keluarga juga bisa menggunakan sarana di taman bermain yang bisa digunakan oleh anak-anak maupun dewasa, sambil menikmati suasana yang sejuk dan indah. Persembahyangan di utama mandala diluar hari raya/hari suci bisa dilakukan sendiri atau bisa menghubungi Pemangku yang bertugas, jika berkeinginan menghaturkan banten/sarana upakara khusus. Pelataran utama mandala pura segara cukup hijau dengan perpaduan rumput dan batu palimanan yang tertata rapi dengan suasana yang tenang, sehingga umat bisa menikmati keheningan saat bersembahyang.
Tradisi apa saja yang dilaksanakan di Pura segara Surabaya pada waktu piodalan :
Jalan Sehat dan Bazar yang bertujuan untuk meramaikan kegiatan di pura dengan kegiatan olahraga, undian kupon berhadiah dan menikmati bazar dengan makanan-makanan tradisional dan khas bali yang jarang ditemui di kota Surabaya, kegiatan ini baru dimulai pada tahun 2018.
Lomba Penjor dan Gebogan perlombaan team untuk membuat sarana upakara berupa penjor dan gebogan, penjor itu berupa bambu yang dihias dengan berbagai sarana sesuai kriteria untuk upacara yang akan dipasang dibeberapa lokasi,Gebogan adalah sarana upakara yang akan ditempatkan diarea utama/utama mandala pura sebagai sarana upakara yang berupa susunan buah/bunga/kue yang ditata rapi dan indah.
Ngelawar, tradisi ngelawar adalah tradisi memasak bersama yang menghasilkan lawar,tum,jukut dll, ini adalah tradisi yang bertujuan mempersatukan untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk banyak orang,artinya hasilnya bisa dinikmati oleh orang banyak.
Kapan upacara besar di Pura Segara Surabaya, pastinya mengikuti hari – hari raya/suci hindu seperti hari suci saraswati, galungan-kuningan, nyepi dan beberapa hari suci lainnya. Kapan ada kegiatan besar di pura segara, biasanya adalah saat kegiatan tawur agung yang bersamaan dengan pawai ogoh-ogoh menyambut hari suci Nyepi saat tahun baru saka dan pada saat piodalan pura. Piodalan pura segara surabaya dirayakan setahun sekali setiap purnama kapat,pada tahun 2023 jatuhnya purnamaning kapat pada hari jumat,29 September 2023. Kegiatan apa saja yang dilaksanakan menyambut piodalan pura, untuk tahun piodalan tahun 2023 dilaksanakan beberapa kegiatan yang terjadwal :
Rangkaian kegiatan menyambut Piodalan Pura Segara Surabaya :
Hari Sabtu, 23 September 2023 :
Jam 08.00 WIB Nagayah sarana upakara.
Jam 16.00 WIB dilaksanakan Nanceb Karya Piodalan.
Hari Minggu, 24 September 2023 :
Jam 06.00 WIB Olah Raga Senam.
Jam 07.0 WIB Jalan Sehat keliling perumahan komplek TNI-AL Kenjeran.
Jam 08.00 WIB Undian Kupon Hadiah Jalan Sehat, Pertunjukan Seni dan Bazar.
Hari Senin,25 September 2023 mulai jam 09.00 WIB kegiatan umat/semeton yang kerja bhakti/ngayah pembuatan sarana upakara. mempersiapkan sarana dan prasarana upakara.
Selasa,26 September 2023 mulai jam 09.00WIB Kegiatan Ngayah.
Rabu,27 September 2023 mulai jam 09.00 Kegiatan Ngayah.
Kamis, 28 September 2023 :
jam 08.00 WIB kegiatan Ngayah Sarana Upakara dan Ngelawar .
Jam 14.00 WIB Kegiatan Lomba Penjor dan Gebogan yang sekaligus digunakan sebagai perlengkapan piodalan.
Jumat,29 September 2023 kegiatan :
Jam 07.00 – selesai Upacara Ngebejiang
Jam 16.00 Mulai kegiatan persembahyangan piodalan.
Jam 24.00 Ngelebar
Setiap kegiatan dalam rangkaian Piodalan di Pura Segara Surabaya pasti melibatkan ratusan hingga ribuan umat yang tangkil bersembahyang, seperti piodalan sebelumnya yang sudah berjalan panitia juga menyiapkan konsumsi di area dapur/pewaregan pura yang bisa dinikmati setelah umat sembahyang.
Namun untuk piodalan tahun ini ada penampilan yang istimewa dari para generasi muda hindu yang akan melaksanakan pentas seni di wantilan agung dewa ruci sebagai kegiatan hiburan umat selepas atau sembari menunggu persembahyangan berlangsung. Pentas seni akan dimulai jam 19.00 wib yang akan mempertunjukkan beberapa tari-tarian dan puncaknya adalah pentas tari kecak/kecak dance. Meriahnya acara piodalan tahun ini adalah antusiasme generasi muda hindu menjaga kelestarian budaya bali walaupun berada jauh dari bali, bahwa budaya adalah identitas bangsa yang besar yang harus dijaga,dipertunjukkan dan dilestarikan.
Apa yang kita bisa persembahkan ?
Dengan semangat dan kerja ikhlas semua pihak diharapkan piodalan berjalan dengan lancar dan sukses, tahapan demi tahapan bisa terlaksana serta yang tidak kalah penting adalah umat yang datang/tangkil ke pura segara bisa sembahyang dengan tertib dan lancar serta pulang dengan hati yang bahagia. Setelah sembahyang bisa nunas/menikmati hidangan konsumsi serta bisa menikmati pertunjukkan seni yang meriah. Setiap kegiatan bertujuan untuk mempersatukan dan sudah seyogyanya kita sebagai umat hindu harus selalu mendukung kegiatan yang positif.
Sebagai bentuk dukungan kepada panitia piodalan pura segara umat sedharma bisa menghaturkan dana punia dengan tulus dan ikhlas melalui transaksi online ataupun langsung berhubungan dengan panitia, jika ada rejeki lebih juga bisa ditambahkan punia natura . Untuk semeton sedharma yang ingin mengikuti kegiatan ngayah di pura dipersilahkan langsung menghubungi panitia agar mendapatkan jadwal kegiatan ngayah.
Om Dewa Suksma Parama Acintya Ya Namah Swaha, Sarwa Karya Prasidhantam.
MELALUI DHARMA AGAMA DAN DHARMA NEGARA MARI KITA SUKSESKAN PESTA DEMOKRASI INDONESIA
Rangkaian perayaan hari suci Nyepi untuk menyambut tahun baru Saka 1945 / 2023 diSurabaya sudah berjalan dengan sukses, lancar dan meriah. Perayaan Nyepi adalah ritual tahunan yang dilaksanakan oleh umat hindu di Indonesia,hari raya ini tepatnya pada Tilem sasih kesanga yang jatuh pada hari Selasa, 21 Maret 2023. Rangkaian kegiatan menyambut hari suci nyepi terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan :
Melasti di Pura Segara Surabaya
1.Upacara Melasti yaitu ritual upacara sebagai simbolis pembersihan/penyucian baik pembersihan diri lahir dan bathin juga pembersihan alam semesta dari hal-hal yang bersifat negatif. Upacara melasti umumnya dilaksanakan didekat sumber air seperti laut,danau,sungai dan mata air yang dijadikan sumber kehidupan. Untuk perayaan melasti di Kota Surabaya tahun 2023 dipusatkan di Pura Segara Surabaya yang dilaksanakan pada hari Minggu, 19 Maret 2023 dengan rute yang cukup dekat yaitu di lapangan parkir perumahan Mentari Kenjeran. Lokasi terbuka yang cukup luas dan berhadapan langsung dengan laut kenjeran serta adalah pengalaman pertama melasti dilaksanakan dilokasi ini.
Perjalanan yang cukup dekat berjarak hanya 1,4 km bisa ditempuh 30 menit berjalan kaki memudahkan umat Hindu yang melaksanakan upacara melasti mengiringi masing-masing pratima dari pura yang ada disekitar surabaya , sepanjang perjalalanan suasana cukup teduh karena banyaknya pohon-pohon perindang disisi jalan raya cukup membantu dari terhindar dari teriknya matahari di Surabaya.
Rangkaian kegiatan melasti dari Pura Segara dimulai dari iring-iringan pratima masing-masing pura ke lokasi pelaksanakan upacara melasti diiringi kidung-kidung suci, gamelan baleganjur , tari-tarian yang dipersembahkan oleh LPDG Kota Surabaya,Sekeha Gong dan Ibu- Ibu dari WHDI Kota Surabaya yang bersemangat ngayah.
Upacara melasti di Surabaya dipuput oleh Ida Pedanda Gede Anom Jala Karana Manuaba dan Ida Pandita Wijaya Kusuma Putra Nirmala, upacara yang berjalan lancar,sukses dan khidmat sebagai wujud hasil dari keihkhlasan semua pihak dalam mempersiapkan sarana dan prasarana pelaksanaan melasti di Pura Segara.
Hal positif dari lokasi melasti di Pura Segara juga dirasakan masyarakat sekitar bahwa setiap kegiatan umat Hindu memberikan dampak dan kesan positif dari masyarakat dan pemerintah disisi ekonomi contoh seperti hadirnya UMKM yang dibina pemerintah kecamatan bulak sebagai wujud sinergitas pemerintah dan umat hindu surabaya.
2.Upacara Tilem dan Upacara Tawur Kesanga
Upacara tilem dan tawur kesanga di hari yang sama yaitu pada hari Selasa 21 Maret 2023, Upacara tilem sebagai kegiatan rutin setiap 30 hari sekali dilaksanakan di area Utama Mandala Pura Segara Surabaya yang dilanjutkan dengan Upacara Tawur Kesanga di area Nista Mandala Pura Segara. Upacara tawur kesanga yaitu disebut juga mecaru yang tujuannya dalah harmonisasi alam semesta untuk keselarasan dan kesejahteraan umat manusia yang dilaksanakan di area pura dan selanjutnya dilaksanakan dirumah masing-masing dengan maksud dan tujuan yang sama.
3.Pawai Seni Ogoh-Ogoh
Pawai Seni Ogoh – Ogoh Kota Surabaya
Kegiatan Pawai Seni ini adalah salah satu yang ditunggu-tunggu waktunya oleh umat hindu dan masyarakat surabaya, pertunjukan seni kolosal dari KMHDI Kota Surabaya mengawali pembukaan pawai seni yang secara khusus dihadiri oleh Walikota Surabaya ” CAK ERI CAHYADI ” untuk mengibarkan bendera start Pawai Seni di area luar Pura Segara. Sambutan walikota Surabaya yang menekankan bahwa kota Surabaya adalah rumah semua agama untuk hidup rukun dan damai,sekaligus memberikan motivasi peserta pawai seni dengan yel-yel yang membangkitkan semangat.
Pentas Seni ‘ Bima Suci mencari Tirta Amertha ‘ oleh KMHDI Surabaya
‘CAK ERI ‘ mengibarkan bendera start untuk memulai pawai seni ogoh-ogoh.
Sambutan masyarakat surabaya sangat meriah dan antusias dengan hadirnya pawai seni ogoh-ogoh yang 3 tahun tidak terlaksana karena pandemi corona, penuhnya masyarakat yang memadati jalan-jalan dari rute pawai seni menambah semangat umat yang hadir mengikuti kegiatan pawai seni. Pawai seni ogoh-ogoh diikuti beberapa group peserta seperti :
Peserta Pembuka
Peserta Pengusung ogoh-ogoh
Peserta Pawai obor dan kulkul
Peserta Penari
Peserta Sekeha Gong/Gamelan Baleganjur
Diiringi masyarakat yang berbaur bergembira bersama menikmati pertunjukkan seni yang sangat istimewa menambah semaraknya perayaan Nyepi disurabaya, di akhir kegiatan pawai adalah prosesi pralina dari ogoh-ogoh yang sudah selesai di arak keliling yang dilaksanakan diarea parkir luar yang dipuput oleh Pemangku Pura Segara. Suasana ramai dan meriah membuat masyarakat sekitar enggan beranjak pergi meninggalkan lokasi pawai sambil bercerita momen – momen istimewa yang mereka abadikan melalui kamera yang terpantau di platform media sosial dari update foto dan status masyarakat surabaya tentang suasana pawai seni ogoh-ogoh di pura segara. Suasana berganti dari riuh dan ramainya menjadi Sunyi/Sepi/Nyepi dihari berikutnya. Pawai seni ogoh – ogoh adalah simbolis dari manusia untuk menghilangkan sifat-sifat buruk yang disimboliskan dengan patung-patung raksasa yang diarak dan kemudian dibakar, tujuannya adalah umat hindu menyambut tahun baru saka dengan hati yang damai sehingga di tahun saka yang baru harapannya lebih banyak menikmati kesuksesan,kebahagiaan dan kedamaian.
4.NYEPI dan Ngembak Geni
Memasuki hari pertama tahun baru saka 1945 yaitu pada hari rabu,22 Maret 2023 umat hindu melaksanakan Catur Brata Penyepian / Berpuasa yang meliputi empat hal yaitu :
Amati Geni ( Tidak menyalakan api )
Amati Karya ( Tidak Bekerja/tidak melaksanakan rutinitas )
Amati Lelungan ( Tidak Bepergian/Keluar rumah untuk bisa lebih fokus pada diri sendiri )
Amati Lelangunan ( Tidak Bersenang-senang / Hiburan )
Catur brata penyepian adalah konsep instrospeksi diri, pemahaman diri agar mengendalikan diri untuk tidak terpengaruh sifat-sifat buruk, sehingga kita bisa menapaki hari-hari kedepan dengan lebih baik. Khusus ini momen Nyepi adalah waktu istirahatnya alam semesta/bumi dari berbagai polusi akibat rutinitas manusia yang dilaksanakan selama satu hari penuh. Berharap semoga suatu saat nanti moment Nyepi ini menjadi kegiatan nasional satu hari tanpa polusi di Indonesia
Satu hari setelah Nyepi adalah Ngembak Geni, hari dimulai aktifitas persembahyangan bersama dan selanjutnya memulai aktifitas rutin dengan api semangat,kerja keras dan kerja cerdas. Setelah satu hari instrospeksi selanjutnya adalah outputnya dalam kehidupan sehari-hari kedepan sehingga tujuan dari rangkaian pelaksanaan hari raya Nyepi bisa tercapai dan bisa berjalan baik sampai pada Nyepi ditahun berikutnya.
5. Dharma Santhi dan Angayubagia
Setiap momen-momen besar hari raya akan memberikan pelajaran dari seluruh rangkaian kegiatan yang sudah dilaksanakan,berupa pesan-pesan,motivasi dan catatan yang disampaikan pada saat dharma santhi untuk mempersiapkan langkah kedepan yang lebih baik .Dilanjutkan dengan acara Angayubagia sebagai bentuk rasa syukur bahwa seluruh kegiatan yang dilaksanakan sudah berjalan sesuai rencana, menyadari ketidak sempurnaan adalah wujud rasa syukur bahwa semua terjadi adalah semua atas kehendak-Nya. Angayubagia dilaksanakan pada hari Minggu,9 April 2023 di Wantilan Agung Dewa Ruci yang dihadiri Tokoh-tokoh umat Hindu,PHDI, Perwakilan pengemong pura,KMHDI kota Surabaya, siswa pasraman saraswati dan umat hindu sektor di surabaya berbaur bersama-sama menikmati kebahagiaan.
Ucapan terima kasih ditujukan kepada semua pihak yang sudah membantu dengan ikhlas sehingga pelaksanaan rangkaian kegiatan Nyepi Tahun baru saka 1945 berjalan lancar dan sukses :
Walikota Surabaya ” CAK ERI CAHYADI “
Pemerintah Kota Surabaya
DPRD Kota Surabaya
PHDI Kota Surabaya
PHDI Provinsi Jatim
KMHDI Kota Surabaya
Pengelola Perumahan Pantai Mentari
Semeton Hindu Surabaya
Masyarakat Kota Surabaya
Para Donatur yang Dermawan
Akhir kata permohonan maaf atas segala kekurangan dan ketidak sempurnaan dalam pelaksanaan rangkaian kegiatan Nyepi di Pura Segara Surabaya dan Atas asung kerta wara nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa semoga semua diberikan anugerah selalu dalam keadaan sehat,bahagia serta sukses dalam tugas dan karir.
Matur Suksema.
GYP
Gamstop allows you to choose the duration of your exception. The minimum https://luck-of-spins.co.uk/ is six months, and the maximum is five years old, which is perfect for those who want to tie up with gambling.
Kegiatan Upacara Piodalan dipimpin oleh Ratu Peranda Nabe Gede Anom Jala Karana Manuaba beserta para pemangku pura segara, untuk Rsi Yadnya kepada para Romo Diksita berupa Koper dan Genta yang dipuniakan oleh Laksdya (Purn). I.N.G Ariawan, S.E.,M.M. dan Baju untuk Diksita dari punia umat banjar sektor kenjeran yang diserahkan oleh Ketua Banjar Sektor Kenjeran I Wayan Wijana beserta Ibu yang juga ketua WHDI Banjar Sektor Kenjeran yang menyerahkan Rsi Yadnya kepada para pemangku yang bertugas di Pura Segara Surabaya.
Consistency costs: operators must invest in technology and https://royal-oak-casino.co.uk/ for the implementation of Gamstop self -exclusion measures, which increases their expenses.
Pengemong Pura Segara Surabaya akan melengkapi sarana pendukung kegiatan upacara yadnya dengan membangun bale tajuk panjang.
Tujuan bale tajuk panjang ini dibuat adalah melengkapi bangunan sebagai sarana pendukung upakara, bangunan ini juga dilengkapi dengan ruang penyimpanan sarana upakara.
Bale panjang ini bisa digunakan untuk keperluan warga/umat untuk ngayah pembuatan sarana upakara yang rutin ataupun untuk kegiatan lain seperti upacara manusa yadnya dll.
Lokasi bale tajuk panjang ini dalam tri mandala berada di nista mandala,tepatnya di area tengah lingkungan pura segara surabaya berdekatan dengan bale sari dan grya bilawali.
Dengan partisipasi semeton umat sedharma semoga semua proses berjalan lancar dan mendapatkan hasil yang terbaik.
Para Dermawan,umat sedharma dimanapun berada semoga senantiasa sehat,rahayu dan sukses berkarya dalam situasi pandemi tetap bersyukur ,semangat, sabar dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa/Sang Hyang Widhi Wasa.
Target pembangunan Bale Tajuk Panjang diharapkan selesai di bulan Juli 2021, dan bisa dipergunakan untuk menyambut piodalan.
Piodalan Pura Segara Surabaya jatuh pada Purnamaning Kapat, Anggara Kliwon (Anggara Kasih) Wuku Kulantir, Selasa, 21 September 2021.
Anggaran Pembangunan Bale Tajuk Panjang Rp. 150.000.000,-
Uang Muka Pembangunan Bale Tajuk Panjang Rp. 57.000.000,-
Kekurangan Dana Pembangunan Bale Tajuk Panjang Rp. 93.000.000,-
Salah satu wujud Bhakti kita kehadapan Hyang Widhi ,Panitia Pembangunan Bale Tajuk Panjang Pura Segara Surabaya mengharapkan uluran tangan, partisipasi Bapak/Ibu sekalian dalam bentuk Dana Punia secara tulus ikhlas.
Dalam Atharwa Weda III.15.6 dinyatakan sebagai berikut :
Berdermalah untuk tujuan yang baik dan jadikanlah kekayaanmu bermanfaat.
Kekayaan yang didermakan untuk tujuan luhur tidak pernah hilang.
Ida Sang Hyang Widhi Wasa memberikan rejeki yang jauh lebih banyak kepada mereka yang mendermakan kekayaannya untuk kebaikan bersama.
Semoga Para Dermawan,Umat Sedharma sehat,rahayu dan sukses selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa / Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Astungkara….
Proposal Pembangunan Bale Tajuk Panjang bisa di download dilink bawah ini
Kami haturkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua semeton umat sedharma dan semua pihak yang sudah membantu dan berkenan menghaturkan dana punia untuk pembangunan Bale Tajuk Panjang di Pura Segara Surabaya, semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa senantiasa melimpahkan anugrah kesehatan, keselamatan, keluarga yang bahagia serta kesuksesan dalam bertugas/berkarir kepada semua pihak yang sudah menghaturkan dana punia, tenaga dan waktu untuk kelancaran proses setiap kegiatan di Pura Segara Surabaya yang sangat kita sucikan.
abstinence strictly from the minimum rate, https://fresh-bet.co.uk/ it is adjusted in a personally and is depending on the amount of the contribution.
Serah Terima Kepengurusan dilaksanakan pada hari Minggu, 23 Mei 2021 di Ruang Kelas Pasraman Saraswati 1 Kenjeran. Disaksikan oleh Team 9 sebagai team pemilihan ketua banjar serta warga banjar sektor kenjeran baik secara offline maupun online.
Penyerahan administrasi kepengurusan lama ke pengurus baru dilakukan oleh Ketua Banjar Sektor Kenjeran yang lama kepada Ketua Banjar Sektor terpilih periode 2021 – 2024 yang pada saat itu diwakilkan kepada Wakil Ketua Banjar.
Serah terima BendaharaSerah terima Uang ke PemangkuSerah Terima Administrasi Pengurus BanjarProses serah terima kepengurusan baru banjar sektor kenjeran berlangsung lancar.
Proses serah terima kepengurusan berjalan dengan lancar dan pengurus baru bekerja lebih baik untuk menjaga warga banjar tetap harmonis dalam mendukung setiap kegiatan yang ada di Pura Segara Surabaya yang sangat disucikan.
What are the possibilities of replenishing the account and withdrawing funds of the https://ltccasino.co.uk/ online casino?
Hasil renungan selama bekerja dari rumah
Sambil megegitaan.
I Nyoman Sutantra
Setiap kejadian sekecil dan sebesar apapun di dunia ini pastilah seijin Tuhan yang telah menciptakan dunia ini. Melalui hukum karma yang diciptakan Tuhan sebagai hukum kehidupan, setiap ada perbuatan (karma) sebagai sebab pasti juga akan ada hasil atau akibatnya (pahala). Dan setiap proses sebab dan akibat didunia ini pastilah mengandung pesan atau pelajaran luhur bagi umat manusia untuk meniti kehidupan spiritual yang penuh kasih sayang.
Pada kisah Ramayana, karena tidak bisa mengendalikan nafsu, keserakahan, dan kemarahan Rahwana menculik Dewi Sita istri Rama, mengakibatkan perang besar antara Rama yang didukung raja Sugriwa dengan pasukan keranya melawan Rahwana sebagai raja Alengka dengan pasukan raksasanya. Karena perang besar tersebut maka mengakibatkan terbunuhnya Rahwana dan hancurnya kerajaan Alengka. Banyak rakyat Alengka menjadi janda dan sengsara akibat ditinggal suaminya yang terbunuh dalam perang.
Pesan dan pelajaran yang dapat dipetik dari kisah tersebut adalah bahwa, nafsu, keserakahan, dan kemarahan akan dapat berakibat kesengsaraan dan kehancuran bagi dirinya dan juga bagi umat manusia. Bahkan dalam sastra suci Bhagavad Gita dikatakan: nafsu, kemarahan, dan keserakahan adalah pintu gerbang menuju neraka, kesengsaraan.
Pada kisah Mahabarata, karena rasa sayang yang buta dan berlebihan raja Drestarastra kepada anaknya Duryodana, maka ia tidak dapat berlaku adil kepada anak dari Pandu, yang memiliki hak pada tahta kerajaan. Duryadana menjadi anak yang penuh dengan kemarahan, nafsu dan keserakahan akan harta dan tahta. Sedangkan anak Pandu (adik Drestrarastra) yaitu Yudistira dan 4 saudaranga menjadi anak yang santun dan teguh memegang keberan, etika dan tata krama luhur, sehingga dapat hidup rukun, damai, harmonis, adil, satu, dan bersatu. Untuk maksud menyingkirkan Yudistira dan saudaranya, raja Drestarastra mengijinkan perjudian yang penuh tipu muslihat antara Duryadana dengan Yudistira dan saudaranya, disaksikan oleh raja, Rsi Bisma, guru Drona dan para pejabat. Karena kecersadasan dan kelicikan Sakuni, paman dari Duryadana, dapat membuat Yudistira mempertaruhkan kerajaannya dan juag istrinya yang berakhir dengan kekalahan. Karena kekalahan dalam perjudian itu, maka Yudistira dan saudaranya dibuang kehutan selama 13 tahun, bahkan istrinya Drupadi ditelanjangi oleh Dursasana, atas perintah Duryadana didepan raja dan para pejabat kerajaan. Raja Drestarastra walau tahu bahwa segala tindakan itu salah melanggar etika, namun karena cintanya yang buta kepada anaknya, maka ia membiarkan semua itu terjadi. Karena terikat oleh janji dan sumpahnya untuk selalu tunduk pada kehendak raja, maka Rsi Bisma, sebagai penasehat raja, juga tidak bisa menghentikan tindakan Dursasana adik Duryadana yang melanggar etika dan tata susila. Juga karena telah menerima kehormatan sebagai guru utama dan gelimangan harta dari raja Drestarastra, maka guru Drona juga tidak bisa berbuat apa-apa atas tindakan Duryadana dan Dursasana. Karna sebagai seorang kesatria besar, putra sulung dari Dewi Kunti, karena keangkuhannya dimanfaatkan oleh Duryadana. Karna diangkat sebagai raja, bagian dari kerajaan Astina, oleh Duryadana pada saat harga diri Karna dihancurkan didepan umum. Akibatnya Karna merasa sangat berhutang budi dan menganggap Duryadana sebagai sahabat sejati. Karena sikap dan tindakan raja Drestarastra, Rsi Bisma, Guru Drona dan Karna, yang seharusnya mampu mengendalkan konflik, tetapi tidak melakukannya, maka berakibat terjadinya perang saudara yang dahsyat antara pihak Duryodana (Kurawa) dan pihak Yudistira (Pandawa) yaitu “Barata Yuda”. Perang dahsyat tersebut telah mengakibatkan terbunuhnya ribuan kesatria besar dan ratusan raja, serta menyengsarakan rakyat. Perang besar tersebut dimenangkan oleh Pandawa yang selalu memegang teguh moral kebajikan dan selalu satu dan bersatu, mengendalikan ego, nafsu, keangkuhan dan keserakahan.
Pesan dan pelajaran penting yang patut dipetik adalah: sebagai raja atau pemimpin janganlah seperti raja Drestarastra. Sebagai tokoh besar, penasehat raja, janganlah terjebak seperti Rsi Bisma. Sebagai guru Besar, guru bangsa, janganlah terjebak seperti Guru Drona. Sebagai kesatria besar, janganlah terjebak hutang budi seperti Karna. Sebagai putra raja, janganlah angkuh dan serakah seperti Duryodana. Sebagai ilmuwan cerdas, janganlah licik dalam menggunakan kecerdasannya seperti Sakuni. Jadilah manusia yang selalu santun dan teguh menegakkan kebenaran, mengendalikan nafsu, ego, kemarahan, keserakahan, dan hiduplah rukun, damai, harmonis, adil, satu, dan bersatu seperti Pandawa.
Pada saat perang “Barata Yuda” telah terjadi wabah dahsyat yaitu kematian masal yang mistirius dari pasukan Kurawa dan juga Pandawa, diakibatkan oleh virus berupa pasukan raksasa kerdil yang berkembang dan berubah dengan cepat dan tidak terlihat dengan mata biasa. Virus berupa raksasa kecil tersebut dapat dengan mudah membuat setiap orang yang dekat menjadi batuk, sesak nafas, pusing dan langsung meninggal. Pasukan raksasa tersebut sangat mistirius, berjumalah sangat banyak, dan sangat cepat memperbanyak serta merubah diri sehingga sangat sulit dikendalikan, membuat baik pihak Pandawa maupun Kurawa cemas. Virus berupa pasukan raksasa ini adalah datang dari enersi ilmu supra natural yang disebut “ajian Candrabirawa” yang dimiliki prabu Salya yang menggunakannya dengan penuh nafsu, kemarahan, dan kerakahan. Parabu Salya adalah seorang raja, paman dari Nakula dan Sadewa (Pandawa), karena terjebak oleh kelicikan Sakuni, maka pada perang Barata Yuda ia memihak pada Kurawa. Tidak ada yang mampu mengendalikan wabah dahsyat kemanusian tersebut baik dari pihak Kurawa maupun Pandawa. Hanya Krisna, orang suci pemegang moral, sebagai penasehat perang Pandawa dapat mengetahui dengan jelas bahwa wabah dahsyat itu hanya bisa dihentikan dengan pengetahuan kebenaran, kekuatan moral, kebajikan, welas asih, ketulusan, dan kedisiplinan yang tulus. Semua sifat itu dimiliki oleh Yudistira, dan pengetahuan kebenaran yang disebaut Cakra Baskara yang dimiliki oleh Krisna. Yudistira dengan bekal sikap luhur tersebut dan pengetahuan keberan berupa Cakra Baskara dari Krisna berperang melawan Prabu Salya, berakhir dengan terbunuhnya Salya, sebagai sumber dari wabah dahsyat, dan seketika wabah berhenti.
Pesan dan pelajaran yang dapat dipetik dari kisah tersebut: sebagai pemimpin, sebagai kesatria besar, dan sebagai orang yang memiliki kekuatan supra natural gunakanlah itu untuk kemanusiaan, janganlah seperti Salya yang menggunakan kekuatannya itu dengan penuh nafsu, kemarahan, dan keserakahan. Untuk menghadapi wabah yang dahsyat yang mengakibatkan kesengsaraan dan kematian, belajarlah dari sikap dan tindakan luhur yang dimiliki dan dilakukan oleh Krisna dan Yudistira.
Setelah jaman Mahabarata, yaitu jaman modern seperti sekarang ini, masih sangat banyak umat manusia yang belum dapat memahami pesan dan memetik pelajaran luhur dari kisah Ramayana, Mahabarata, dan kisah-kisah luhur lainnya. Manusia di jaman modern banyak yang tidak mampu mengendalikan nafsu, ego, kemarahan, keserakahan, dengki, iri hati, kegelapan, dan kebodohan sehingga sangat sering mengakibatkan perselisihan, konflik, radikalisme negatif, dan perang yang dapat menyengsarakan, menyakiti, dan membunuh umat manusia. Karena keserakahan akan tahta dan harta, manusia di jaman modern telah merusak habis hutan sehingga berakibat pemanasan global, banjir, tanah longsor, puting beliung, turunnya air tanah dan dampak negatif lainnya yang dapat menyengsarakan dan merusak kehidupan manusia. Dengan nafsu, ego, dan keserakahan manusia akan harta dan tahta telah mengakibatkan perselisihan, konflik, dan perang antar individu, kelompok, dan golongan yang dapat memecah belah kesatuan dan persatuan suatu bangsa. Kekayaan alam sebagai anugrah Tuhan yang seharusnya dijaga dan digunakan dengan hati-hati untuk kesejahteraan umat manusia, telah dengan penuh nafsu, kemarahan, dan keserakahan telah dikeruk sebanyak-banyaknya. Dengan terkeruknya kekayaan alam seperti itu, maka alam akan mencari keseimbangan kembali melalui gempa, pergeseran lempeng, tsunami, gunung meletus, perubahan musim yang tidak lagi dapat diprediksi, dan kegiatan-kegiatan lain yang dapat menyengsarakan umat manusia. Semua kegiatan alam tersebut mengandung pesan dan pelajaran luhur yang seharusnya mampu dipahami dan dipetik oleh manusia modern.
Dengan alasan konsumsi, pemenuhan gisi, stamina, pengobatan, penelitian dan kebutuhan lainnya, manusia dengan serakah menyiksa dan membunuh binatang-binatang dengan tanpa mengindahkan etika kebinatangan. Menyiksa dan membunuh binatang dengan tanpa etika kebinatangan, akan sangat mungkin membuat jiwa-jiwa dari para binatang memancarkan energi negatif yang dapat merusak kesucian dan kebersihan alam lingkungan. Pancaran energi negatif dari jiwa-jiwa binatang yang tersiksa dan terbunuh dapat menghasilakn virus atau kuman yang mengakibatkan berbagai jenis penyakit yang mewabah dan mematikan. Flu burung, flu ayam, flu babi, flu unta, dan juga Virus Korona yang sangat mungkin buah dari pancaran energi negatif dari jiwa jiwa binatang yang tersakiti, tersiksa, dan terbunuh yang terakumulasi. Karena terakumulasi sangat banyak sehingga energinya sangat kuat yang mengakibatkan wabah pandemi Virus Korona berkembang dan berubah sangat cepat memasuki hampir seluruh negara di dunia, kedahsyatannya seperti wabah dahsyat Aji Candrabirawa Prabu Salya. Semua kejadian itu pastilah mengandung pesan dan pelajaran yang memuat nilai-nilai luhur untuk dapat menuntun kehidupan luhur umat manusia. Untuk mengatasi wabah pandemi yang dahsyat ini kita dapat belajar dari Krisna dan Yudistira dalam menghadapi virus dahsyat berupa raksasa kerdil yang tak terlihat dari Aji Candrabirawa, saat perang Barata Yuda.
Pesan dan pelajaran dari Krisna dan Yudistira, salah satu yang utama untuk mengatasi wabah dahsyat adalah dengan senjata kebenaran dalam wujud Cakra Baskara dari Krisna, moral, kebajikan, dan budi luhur dari Yudistira. Cakra Baskara pada jaman modern dapat berupa segala pengetahuan kebenaran yang patut diberdayakan oleh para ahli secara tulus dan tanpa pamrih, untuk menghasilkan vaksin, obat obatan, dan segala peralatan bantu dalam usaha menghindari penyebaran dan membantu penyembuhan akibat Virus Korona. Umat manusia harus meningkatkan kualitas moral dan kebajikan dengan mengendalikan pikiran, nafsu, kemarahan, ego, keserakahan, dan disertai doa untuk tidak cemas dan stress yang diwujudkan dengan “tetap berada dirumah” dan “bekerja dari rumah”. Disamping itu umat manusia harus mengendalikan perkataanya untuk selalu santun, tidak mencemoh, tidak mengejek, tidak menyakiti, tidak berbohong, tidak bikin berita sosial bohong, tidak mengasut, tidak mengeluh, dan tidak melakukan penistaan yang diwujudkan dengan “memakai masker”. Begitu juga umat manusia harus menjaga budi pekerti luhur dengan selalu menjaga kehidupan yang saling menghormati, saling berbagi, rukun, damai, harmonis, saling asah, saling asih, saling asuh yang diwujudkan dengan “menjaga jarak”. Akhirnya umat manusia juga harus selalu menjaga kesucian, kebersihan, dan kesehatan lahir dan batin dengan menjaga kualitas makan dan olah raga untuk imunitas tubuh yang diwujudkan dengan “cuci tangan dengan sabun”. Kelima hal tersebut patut dilaksanakan dengan penuh disiplin, tulus, tanpa pamrih, dan dengan penuh rasa tanggung jawab. Dengan cara demikian dengan disertai doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, semoga umat manusia dikaruniai kerahayuan, dilapangkan jalan untuk mengatasi pandemi yang melanda umat manusia.
Dalam rangka menyambut Piodalan Pura Segara Surabaya yang jatuh pada Purnamaning Kapat hari Minggu,13 Oktober 2019. Rangkaian kegiatannya dimulai pada hari Minggu, 29 September 2019 dengan beberapa acara menarik yang dimulai sejak pagi hari sampai menjelang sore hari, dimulai pagi hari jam 06.00 WIB Kegiatan Senam yang dilanjutkan dengan Jalan Sehat mengelilingi Perumahan Komplek TNI-AL Kenjeran yang berada disekitar Pura Segara Surabaya sampai finish kembali di Wantilan Agung Dewa Ruci dilanjutkan dengan acara pengundian kupon jalan sehat dengan ratusan hadiah hiburan serta beberapa hadiah yang bernilai cukup besar. Undian hadiah dilakukan bersamaan dengan acara Bazaar,sebagai informasi bahwa Kegiatan Jalan Sehat dan Bazaar adalah kegiatan yang sudah rutin dilakukan dalam beberapa tahun terakhir meramaikan Piodalan Pura Segara yang dari tahun ke tahun peserta maupun penontonnya semakin bertambah ramai.
Virtual gaming clubs are unique entertainment platforms where you can play with money. Such a site presents a variety of games in which you can use money for bets and receive a well -deserved gain. Such clubs not Magic win used standard entertainments that can be found in a ground casino, but also developed several unique offers for their visitors.
Lomba Baleganjur di Surabaya baru pertama kali dilaksanakan di Pura Segara Surabaya, sebagai salah satu pembinaan Seni dan Budaya. Meriahnya suasana Lomba Baleganjur yang dilaksanakan setelah acara Senam dan Jalan Sehat diselingi dengan pengundian kupon berhadiah menambah semangat para penonton untuk tetap bertahan menikmati setiap urutan acara, susunan acara Lomba Baleganjur bersamaan dengan acara Bazaar yang menyediakan makanan dan minuman dengan harga terjangkau sangat dinikmati penonton dengan terlihat suasana semenjak acara dibuka tetap semangat sampai pengumuman pemenang Lomba Baleganjur tetap tak beranjak dari tempat duduk, tentunya momen itu adalah suasana yang sangat langka di Surabaya. Menikmati hiburan lomba baleganjur sambil menikmati makanan dan minuman yang pasti enak, bersamaan dengan suasana para hadirin yang berharap agar mendapat hadiah undian adalah momen yang sangat istimewa. Banyaknya penonton yang beruntung mendapatkan hadiah undian adalah salah satu momen yang membahagiakan, terlebih Panitia dan warga yang sudah ngayah bekerja keras menyiapkan acara adalah kebahagiaan yang istimewa.
Hasil dari penilaian 3 dewan juri pada Lomba Baleganjur di Wantilan Agung Dewa Ruci, Pura Segara Surabaya 2019 pada Minggu, 29 September 2019 adalah sebagai berikut :
Juara 1 Sekeha Baruna Sakti Swara – Kenjeran
Juara 2 Sekeha Dharma Gita Margowening – Krembung
Juara 3 Sekeha Santi Swara – Juanda
Penampilan terbaik diraih oleh Sekeha Prami Santi Swara – Juanda
Kreatifitas Terbaik diraih olehSekeha Jala Wira Dharma – KOARMADA II
Gagasan Terbaik diraih oleh Sekeha Wiguna Bahari – Kenjeran
Lomba yang bertujuan ganda salah satunya adalah sebagai bentuk pembinaan generasi muda agar selalu bersemangat melestarikan seni dan budaya terlebih lagi hal itu berkaitan langsung dengan ritual keagamaan yang akan rutin dilaksanakan.
Sambutan penonton yang antusias agar kegiatan positif seperti ini terus berproses kedepannya terus menjadi lebih baik , bukan kemenangannya yang membahagiakan tetapi yang lebih membahagiakan adalah ketika kebersamaan kita dalam suasana ngayah bahagia yang bisa terus terjaga agar kita bangga sebagai keluarga besar.
Untuk hadirin yang belum sempat menikmati suasana lomba baleganjur dan bazaar ataupun yang belum beruntung mendapat hadiah kali ini, Astungkara… tahun depan bisa mendapat banyak keberuntungan di Pura Segara Surabaya.
Besarnya rasa syukur kita bersama dengan kelancaran setiap proses kegiatan Senam, Jalan Sehat, Bazaar dan Lomba Baleganjur adalah atas Asung Kerta Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Jika Ada Dharma dihati, maka akan ada keindahan laku. Jika ada keindahan laku, maka akan ada keharmonisan rumah tangga. Jika ada keharmonisan rumah tangga, maka akan ada kedamaian dan kesejahteraan dalam kehidupan ber-bangsa dan ber-negara.
Enam bulan kita telah merayakan hari suci Galungan – Kuningan, hari kemenangan Dharma, enam bulan juga kita telah menjalani kehidupan ber-masyarakat, ber-bangsa dan ber-negara. Karena berjalannya waktu, karena berbagai godaan yang datang dari luar dan dari dalam diri, maka sangat mungkin berbagai kesalahan dan dosa telah kita lakukan karena terkikisnya Dharma dari hati kita.
Dengan terkikisnya Dharma dihati, maka berbagai masalah yang dapat merusak suasana kerukunan, kedamaian, keharmonisan dan ketentraman dalam kehidupan ber-masyarakat, ber-bangsa dan ber-negara. Inilah saatnya dihari suci Galungan dan Kuningan ini sambutlah Avatara yang akan membawa kemenangan Dharma dihati kita. Dalam sloka Bhagavad Gita Bab IV. Sloka 7 disebutkan sebagai berikut :
Yang artinya : O Barata, kapanpun dan dimanapun didunia ini jika A-Dharma menguasai hati manusia, menguasai dunia, dan Dharma sudah terkikis dihati manusia, maka pada sat itu pula Aku akan menjelma untuk menegakkan kembali Dharma.
Perayaan hari suci Galungan dan Kuningan sebagai hari kemenangan Dharma adalah untuk memperingati kemenangan Dharma melawan A-Dharma, sehingga Dharma bangkit lagi dihati manusia. Perayaan ini dilandasi oleh kemenangan Dharma melawan A-Dharma yang diungkap dalam purana dan itihasa. Dengan merayakan hari suci Galungan dan Kuningan secara benar dengan Yajna Satwika serta pemahaman secara mendalam arti filsafat dari pelaksanaan Yajna tersebut, maka akan dapat membangkitkan kemenangan Dharma dihati umat manusia. Dengan Dharma dihati itulah modal utama dalam membangun kehidupan masyarakat yang rukun, damai, harmonis, adil dan sejahtera atau masyarakat yang Shantih Jagadhita.
Dalam Siva Purana diungkapkan bahwa kehidupan umat manusia di bumi kehilangan kedamaian, keharmonisan dan kesejahteraan karena dikuasai oleh para raksasa yang dilanda sifat A-Dharma yaitu sifat tamasika dan rajasika. Disamping itu karena keserakahan dari para raksasa, sehingga merusak ketentraman kehidupan umat manusia, sampai-sampai ia ingin menguasai Surga, sehingga mengganggu kehidupan para Dewa di Surga. Karena tugas para Dewa adalah menjaga ketentraman kehidupan manusia di Bumi dan kehidupan Surga, maka para Dewa sebagai penegak Dharma harus turun berperang melawan para Raksasa yang bersifat A-Dharma. Disinilah terjadi perang antara para Dewa ( Dharma ) yang dipimpin oleh Kartikeya ( putra dewa Siwa ) dengan para Raksasa ( A-Dharma ) yang akhirnya dimenangkan oleh para Dewa ( Dharma ). Karena kemenangan para Dewa ( Dharma ) dan hancurnya para Raksasa ( A-Dharma ), maka Dharma kembali ditegakkan dan kehidupan umat manusia di bumi kembali rukun, damai, harmonis, adil dan sejahtera atau kehidupan Shantih Jagadita serta kehidupan Surga tidak lagi diganggu oleh para raksasa.
Dalam Itihasa Ramayana yang terjadi pada jaman Treta Yuga, raja raksasa yaitu Rahwana adalah raja yang bersifat A-Dharma, sangat serakah akan harta, tahta dan wanita. Dengan keserakahan raja Rahwana tersebut maka kehidupan para pertapa, para raja, orang-orang suci dan umat manusia selalu terancam, tidak aman, tidak damai, bahkan tersiksa dan terbunuh jika menentang raja Rahwana. Banyak pertapa yang dibunuh oleh pasukan raksasa dari raja Rahwana, banyak raja yang disiksa dan terbunuh setelah ditaklukan oleh raja Rahwana. Saking serakahnya, raja Rahwana juga menantang para Dewa dan mau menguasai Surga. Karena kehidupan di bumi terguncang, Surga juga terganggu oleh keserakahan dari raja Rahwana, maka Avatara Wisnu turun ke bumi, sebagai Rama Dewa putra sulung dari raja Dasarata untuk kembali menegakkan Dharma dan melindungi orang-orang saleh dan menghancurkan angkara murka ( A-Dharma ) yaitu raja Rahwana. Perang terjadi antara Rama sebagai simbul Dharma melawan Rahwana sebagai simbul A-Dharma yang dimenangkan oleh Rama. Setelah Rahwana gugur dalam perang, Wibisana adik Rahwana yang teguh menegakkan Dharma dinobatkan sebagai Raja Alengka menggantikan Rahwana. Dengan Dharmalah Wibisana dapat membawa Alengka menjadi negara damai, harmonis, adil dan sejahtera.
Begitu juga Itihasa Mahabarata yang terjadi pada Dwapara Yuga mengungkapkan bahwa turunnya Avatara Wisnu yaitu Krisna untuk menegakkan kembali Dharma dan melindungi orang-orang saleh dan menghancurkan orang-orang jahat. Seperti diungkapkan dalam Bhagavadgita bab IV.Sloka 8 sebagai berikut :
Paritraanaaya saadhunaam vinaasaaya ca duskrtaam, dharmasaamstaapanaarthaaya sambhavaami yuge-yuge.
Yang artinya bahwa turunnya Avatara Wisnu Ke Bumi adalah untuk melindungi orang-orang soleh atau orang-orang baik dan membasmi orang-orang jahat, untuk membangkitkan kembali Dharma dihati setiap manusia Avatara akan turun di setiap jaman.
Avatara Krisna turun ke bumi adalah untuk melindungi dan menyelamatkan orang-orang baik yaitu Pandawa yang teguh menegakkan Dharma dan untuk membasmi orang-orang jahat yaitu Kurawa yang menegakkan A-Dharma. Akibat sifat A-Dharma yang dilakukan oleh Kurawa, maka perang besar yaitu Bharata Yuda terjadi antara Pandawa sebagai simbul Dharma yang dilindungi Avatara Krisna melawan Kurawa dengan simbul A-Dharma, dan dimenangkan oleh Pandawa. Dengan dibasminya Kurawa ( A-Dharma ) dan dengan dinobatkannya Yudhistira ( Pandawa ) sebagai raja Astina Pura, maka Astina Pura menjadi kerajaan yang rukun, damai, harmonis, adil dan sejahtera.
Rama Dewa sebelum berperang melawan Rahwana, Rama diusir oleh ayahnya raja Dasarata ke hutan selama 14 tahun, karena hasutan ibu tirinya Ratu Keikayi, sampai istrinya Dewi Sinta diculik oleh Rahwana sehingga terjadi perang Rama dengan Rahwana. Karena Rama adalah simbul dari Dharma maka kepergiannya ke hutan mengandung nilai filsafat yang sangat dalam yaitu melakukan jana krtih (penyucian diri), atma krtih (penyucian bathin), buwana krtih (penyucian alam), wana krtih (penyucian hutan), danu krtih (penyucian danau,sungai) segara krtih (penyucian pantai,laut). Proses penyucian tersebut mengandung makna bahwa untuk kemenangan Dharma dihati, orang harus dapat menjadi manusia Tri Kaya Parisudha (manacika, wacika, kayika) dan dapat menegakkan filsafat Tri Hita Karana (Parahiyangan, Pawongan, Palemahan).
Pandawa sebelum terjadi perang besar Bharata Yuda, karena keserakahan dan kelicikan Kurawa dalam permainan dadu, sehingga Pandawa kalah dan diusir kehutan selama 13 tahun. Karena keteguhan Pandawa menegakkan Dharma dan atas perlindungan dari Krisna sehingga Pandawa berhasil dengan baik mengokohkan diri menjadi manusia Tri Kaya Parisudha dan teguh memegang prinsip Tri Hita Karana. Dengan kekuatan Dharma tersebut dan perlindungan dari Avatara Krisna, maka Pandawa dapat memenangkan perang Bharata Yuda melawan Kurawa.
Sebuah Purana di Bali mengungkapkan bahwa, kedamaian, ketentraman dan kesejahteraan masyarakat Bali hancur setelah seorang raja sangat sakti bersifat A-Dharma,sangat serakah yang memaksa rakyat Bali untuk tidak lagi melaksanakan kegiatan sesuai ajaran Dharma. Masyarakat Bali tidak boleh lagi memuja Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) dan para Dewa, dan harus memuja dan memberi upeti yang besar kepada raja sakti tersebut yaitu raja Maya Denawa. Karena kekacauan yang terjadi akibat prilaku raja Maya Denawa yang A-Dharma, dan karena puja, tapa brata dan meditasi yang dilakukan oleh seorang suci memohon perlindungan tuhan yang maha kuasa, maka turunlah Batara Indra dan bala tentaranya. Turunnya Batara Indra dan bala tentaranya adalah untuk melindungi masyarakat Bali dan menumpas raja A-Dharma yaitu Maya Denawa. Terjadilah perang besar antara pasukan Dewa Indra sebagai simbul Dharma melawan pasukan raja Maya Denawa sebagai simbul A-Dharma, yang akhirnya dimenangkan oleh pasukan Batara Indra. Setelah gugurnya raja Maya Denawa, masyarakat Bali kembali hidup rukun, damai, harmonis, adil dan sejahtera.
Dari uraian Purana dan Itihasa tersebut, maka pelaksanaan yajna hari suci Galungan dan Kuningan adalah untuk menegakan kembali Dharma dihati, untuk menjadi manusia Tri Kaya Parisudha dengan satunya pikiran (manacika), perkataan (wacika), perbuatan (kayika) dalam tuntunan Dharma. Atau kita dapat menjadi manusia yang selalu dapat dengan teguh dan juga santun dalam menegakkan kebenaran (satyam), kebajikan (sivam), dan menjaga serta membangun keindahan, kerukunan, kedamaian dan kesejahteraan (sundaram). Disamping itu perayaan hari suci Galungan dan Kuningan juga dimaksudkan utuk meneguhkan konsep kehidupan yang harmonis keatas, kepada Tuhan Yang Maha Esa (parahiyangan), harmonis secara horizontal yaitu sesama mahluk (pawongan), dan harmonis kebawah yaitu kepada alam (palemahan) atau disebut konsep ajaran Dharma yaitu Tri Hita Karana. Oleh karena itu maka Yajna hari suci Galungan dan Kuningan dilaksanakan berlandaskan kepada ajaran Tri Kaya Parisudha dan Satyam Sivam Sundaram dengan urutan pelaksanaan sebagai berikut.
Hari Sugihan Jawa : berasal dari 2 kata, Sugihan artinya penyucian, sedangkan jawa berarti alam semesta atau buwana agung. Sugihan Jawa mengandung arti yajna penyucian alam yang meliputi Buwana Krtih (penyucian, pembersihan alam lingkungan), Wana Krtih (penyucian, pembersihan hutan, pepohonan), Danu Krtih (penyucian,pembersihan danau dan sungai), dan Segara Krtih (penyucian,pembersihan pantai, laut). Karena Pura, Parahiyangan atau tempat suci sebagai niasa dari alam semesta, maka di hari sugihan jawa sering umat melakukan pembersihan tempat suci. Penyucian dan pembersihan alam semesta ini punya arti yang dalam yaitu agar alam semesta (sebagai prakrti) tidak mengganggu manusia dengan sifat Tri Guna yaitu sifat Tamasika (kemalasan,kebodohan), Rajasika (kenafsuan, keserakahan) dan Satwika (kebaikan yang tergantung pada duniawi).
Hari Sugihan Bali : setelah hari Sugihan Jawa, hari berikutnya dilaksanakan yajna sugihan bali yaitu penyucian dan pembersihan diri manusia secara lahir atau Jana Krtih dan secara bathin ataun Atma Krtih. Penyucian dan pembersihan diri secara lahir dan bathin ini mengandung makna agar musuh-musuh yang ada dalam diri yaitu Sad Ripu yaitu Kama, Kroda, Lobha, Mada, Matsya dan Moha menjadi bersih, sehingga tidak lagi mengganggu manusia dalam melaksanakan yajna hari suci Galungan dan Kuningan. Disamping itu musuh dalam diri yang berupa 7 kesombongan dan keangkuhan yaitu Sapta Timira yaitu sombong karena kekuasaan, kekayaan, kekuatan, kecantikan, kepintaran,keturunan dan kemudaan.
Penyekeban : setelah hari sugihan bali, hari berikutnya dilakukan yajna penyekeban yang artinya sebagai yajna untuk memagari diri yaitu pikiran , perkataan dan perbuatan, agar musuh atau godaan dari luar berupa Tri Guna dan dari dalam diri berupa Sad Ripu dan Sapta Timira tidak dapat mengganggu manusia dalam beryajna untuk menegakkan kembali Dharma dihati manusia.
Penyajaan : sehari setelah hari penyekeban dilaksanakan yajna penyajaan yang artinya umat manusia menyiapkan diri dan bertekad bulat lahir dan bathin, dengan mengendalikan pikiran perkataan dan perbuatan untuk menundukan sifat A-Dharma serta menegakkan Dharma dihati. Manusia bertekad menyiapkan dirinya menjadi “kuru setra” yaitu medan perang antara sifat Dharma melawan A-Dharma.
Penampahan : sehari setelah penyajaan dilaksanakan yajna penampahan. Penampahan berasal dari kata tampah yang artinya menundukkan, sehingga penampahan mengandung arti bahwa manusia mulai berperang untuk menundukkan sifat Tamasika dan Rajasika dengan “nampah” babi, karena babi adalah simbul dari sifat Tamasika dan Rajasika. Dihari penampahan sifat Tamasika (malas) ditundukkan dan dirubah menjadi sifat rajin yaitu dengan bangun pagi jam 03.00 bersama-sama untuk nampah babi. Sifat Tamasika yaitu sifat kenafsuan atau ambisi dan serakah ditundukkan dan dirubah menjadi sifat yang kreatif dan analistis untuk membuat “lawar” dan berbagai masakan untuk yajna dan prasadam yang dicampur dengan berbagai bumbu dengan aturan dan takaran yang tepat. Setelah menundukkan sifat Tamasika dan Rajasika, maka umat manusia mengendalikan sifat Satwika yaitu sifat kebaikan agar tidak mengikatkan diri dengan duniawi. Untuk itu umat mulai membuat penjor sebagai niasa dari sifat Satwika yang lascarya dilandasi Dharma. Segala perwakilan isi alam ada dalam penjor yang dibuat dari bambu yang tegak lurus, yang menunjukkan sifat kebaikan yang teguh dalam menegakkan Dharma sehingga tidak tergoda oleh Tri Guna dan Sad Ripu. Kemudian pada puncak penjor melengkung secara indah dengan digantungkan Ong Kara yaitu simbul dari Tuhan Yang Maha Esa. Hal tersebut mengandung arti bahwa manusia harus selalu mengingat Tuhan agar tidak sombong dan angkuh atau dapat menundukkan Sapta Timira dari dalam diri. Bagian penjor yang tegak keatas mengandung arti kebenaran (satyam), bagian yang melengkung indah mengandung arti kebajikan (sivam), dan “sampian” penjor yang indah tergantung diujung mengandung arti tercapainya tujuan hidup yang indah (sundaram).
Hari Galungan : setelah penampahan atau setelah umat manusia dapat menundukkan godaan dari luar yaitu Tri Guna dan sudah siap untuk menundukkan Sad Ripu dan Sapta Timira serta juga siap untuk menegakkan kebenaran (satyam), Kebajikan (sivam) untuk menuju kehidupan yang indah, damai, sejahtera (sundaram), maka manusia melaksanakan yajna Galungan. Dengan melaksanakan yajna Galungan, umat manusia mulai mengendalikan (10) indrianya sampai dengan hari Kuningan. Indria yang harus bisa dikendalikan adalah Panca Budindria yaitu mata, hidung, telinga, lidah dan kulit, serta lima indria lainnya yaitu Panca Karmendria yang terdiri dari tangan, kaki, mulut, alat kelamin dan dubur. Pengendalian sepuluh (10) indria ini dimaksudkan agar manusia dapat menundukkan godaan A-Dharma yang datang dari luar dan dalam diri manusia.
Hari Kuningan : Pada hari suci Kuningan umat manusia harus mengendalikan indria yang ke 11 atau mengendalikan rajanya dari 10 indria yang disebut Rajendria yaitu pikiran agar pikiran menjadi “uning” atau paham kembali akan ajaran Dharma dan menjadi “hening” yaitu menjadi cerdas dalam Dharma. Untuk dapat mengendalikan 10 indria tersebut dan pikiran, kita harus bisa melakukan Catur Ga, seperti dituntun dalam sastra : Gita gangga ca gayatri govindeti catus tayam, catur gakara sam yukte punar janma na vidyatte. Artinya untuk mengendalikan 10 indria dan pikiran, manusia harus selalu membaca dan memahami pengetahuan agama (gita), menyucikan diri lahir dan bathin (gangga), berdoa dengan penuh bhakti kepada Tuhan (gayatri) dan harus selalu mengingat atau menyebut nama Tuhan (govinda). Dengan melakukan Catur Ga yaitu gita, gangga, gayatri dan govinda, maka hati dan pikiran manusia menjadi uning dan hening sehingga manusia dapat memenangkan Dharma dihati untuk membangun kehidupan yang Shantih Jagadhita yaitu kehidupan rukun, damai, harmonis, adil dan sejahtera.
Dengan memahami secara mendalam arti dan makna serta melaksanakan yajna hari suci Galungan dan Kuningan yaitu hari kemenangan Dharma dengan ketulusan dan penuh rasa bhakti, maka manusia akan dapat menegakkan Dharma dihati. Dengan Dharma dihati maka manusia menjadi manusia dengan Tri Kaya Parisudha, Tri Hita Karana dan Satyam Sivam Sundaram yang mampu menundukkan berbagai musuh, godaan yang datang dari dalam dan dari luar diri manusia, sehingga siap membangun kehidupan keluarga, ber-bangsa dan ber-negara yang rukun, damai, harmonis, adil dan sejahtera, atau kehidupan yang Shantih Jagadhita.